Ngaji Ahad Pagi

Belajar kepada Bani Israil
Oleh: Wisnu Prayuda

Suatu hal yang amat ganjil ketika dituturkan bahwa kita harus belajar kepada Bani Israil. Mungkin beberapa orang akan menolak istilah ini. Banyak sekali yang memandang bahwa Bani Israil adalah seburuk-buruk kaum sebab pembangkangannya kepada Baginda Musa as. Terlepas dari itu semua. Allah sendiri sesungguhnya telah memberikan hikmah tak terkira kepada setiap hal, kepada setiap peristiwa yang tersuguh di dunia. Tak terkecuali masa-masa berlangsungnya kehidupan Bani Israil. Kisah-kisah Bani Israil dibawakan secara apik dan runtut oleh Simbah Yai Kharis Shadaqah lewat penuturan beliau dalam surat al-a'raf yang disarikan dari kitab tafsir al-Ibriz karya Simbah Yai Bisri Musthofa Rembang.
Beberapa kisah yang bisa kita ambil sari hikmahnya adalah bagaimana Kaum Nabi Musa as yang dalam hal ini Bani Israil yang selalu mengingkari perintah Allah. Dalam istilah lain Simbah Yai mengatakan dengan bahasa ngakali Allah. Ini kalau dalam khasanah tasawuf hampir mirip dengan maksud tauriyah (kita seolah-olah tidak berbohong dalam lahiriyahnya namun dalam substansinya kita mengarah kesitu) mungkin pembahasan ini bisa kita lebih kaji yang mendalam di luar repsortase Ngaji kali ini. Di dalam surat al-a'raf Allah mengisahkan bagaimana adat Bani Israil kala itu yang menjadikan hari Sabtu sebagai hari libur. Dengan tujuan agar hari itu digunakan sebagai ibadah secara mutlak. Namun, bukan Bani Israil kalau tak memiliki kejeniusan dalam hal pengakalan. Setiap kali Sabtu tiba Allah selalu menguji dengan banyaknya ikan di danau, lautan dsb. Hal ini yang kemudian menjadikan Bani Israil selalu tergoda. Untuk bisa mengakali Allah (meskipun sebenarnya diri mereka sendirilah yang tertipu) dengan meletakkan jaring setiap hari Sabtu tiba dan mengambilnya ketika Minggu datang. Dalam Kalam Al-Qur'an pun Bani Israil juga membelokkan apa yang dimaksudkan Allah dengan pelimpahan ampunan bagi siapa yang mengaku dirinya salah diganti menjadi permisalan pelimpahan gandum. Peristiwa-peristiwa semacam ini juga sering terjadi dalam kehidupan manusia atau kita khususnya. Kita seringkali melanggar apa yang telah Allah atur dengan cara mengelabui. Banyak sekali ragam contohnya dikehidupan nyata. Bagi para pedagang, semisal ketika tiba hari Jum'at pasti selalu ramai pada waktu-waktu menjelang ditunaikannya ibadah shalat Jum'at. Sehingga terkadang banyak sekali yang menggadaikan sholat Jum'atnya dengan tetap melayani pembeli. Biasanya dalih yang digunakan adalah mumpung ramai, sebab belum tentu pula di hari esok ada pembeli sebanyak ini. Dari kisah-kisah Bani Israil tersebut kita bisa belajar kepada mereka bahwa segala sesuatu itu sudah ada ketentuannya. Hanya terkadang Allah memberikan yang semacam persoalan tersebut sebagai ujian keimanan kita. Apakah kita benar-benar yakin kepada Allah atau tidak. Sebetulnya banyak sekali hikmah yang bisa kita peroleh dari kisah-kisah Bani Israil yang dituturkan Allah di dalam Al-Qur'an. Semuanya bisa menjadi hikmah dan bisa hanya menjadi lelucon tergantung sudut pandang kita kepada suatu hal itu. 
Lebih lanjut tentang Bani Israil. Allah juga memberikan gambaran di dalamnya bahwa segala ketentuan penilaian itu di akhir. Kita tidak bisa mengklaim bahwa jalan kita sudah benar, kita sudah pas dengan kehendak Allah kalau kita belum menemukan akhir. Dari penilaian yang tempatnya di akhir itu akhirnya menjadikan kita untuk selalu menapaki jalan istiqamah. Agar saat ini dan selamanya istiqamah pada jalan kebaikan selalu kita tempuh yang pada akhirnya menjadikan kita manusia yang baik di dalam penilaian akhirnya (khusnul Khatimah).

Catatan pengajian Ahad pagi Simbah Yai Ahmad Kharis Shadaqah, Tafsir al-Ibriz di Ponpes Al Itqon Bugen Tlogosari Semarang.
28 Juni 2020

Komentar

Postingan Populer