Rihlah Qur'aniyah Memohon Istiqomah
Dinihari selepas pulang dari Rihlah Qur'aniyah buru-buru saja aku menulis linimasa perjalan liburan kami. Rabu, 13 Desember 2023 kami bersama-sama melakukan sebuah perjalanan yang kami namai Rihlah Qur'aniyah. Ya, itu merupakan project keluarga kami di mulai akhir tahun ini. Kami ingin dikeluarga ini memiliki navigasi yang jelas kemana hendak berlayar dan memiliki tujuan-tujuan hidup. Bukan untuk mencapai sesuatu, melainkan hanya agar kami tidak menyia-nyiakan kesempatan hidup yang Allah berikan.
Kalau hidup sudah di planning goalnya, kita jadi mudah menempuhnya. Waktu yang ada tidak banyak terbuang percuma. Hari yang dijalani banyak sisi manfaat daripada tidaknya. Sungguh indah kalau kita punya rencana-rencana atau target-target yang tidak menjadi wajib bagi kita namun hanya sebatas sebagai navigasi untuk menempuh rute hidup ini.
Tepat di hari Rabu, aku menggagas untuk memulai Rihlah ini. Perjalanan sederhana yang semoga penuh makna. Tujuan utama dan pertama kami di kota Kudus. Ada beberapa walinya Allah yang harus kami sowani.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dari Semarang, kami tiba di Kudus tepat setelah selesai sholat jamaah dzuhur. Sembari menuju masjid menara kami membeli makan kencil untuk mengganjal perut agar tidak lapar saat ziarah berlangsung. Beli lah kami martabak menara, telur daun bawang yang dicampur dengan sedikit gandum. Ini kesukaanku setiap kali tiba di Masjid Menara Kudus.
Setelah menyantap makanan kecil di serambi masjid kami menunaikan Sholat dzuhur. Setalah itu, kami bergegas menuju makam Kanjeng Sunan Kudus yang berada di belakang Masjid. Suasana siang itu cukup terik, panas matahari sedang pada top performa kelihatannya.
Di makam Kanjeng Sunan Kudus kami bersimpuh, meski Wanda asyik main dengan saudara kami yang kebetulan juga kami ajak untuk Rihlah kali ini. Suasana yang tenang menjadikan kamu khusyuk memanjatkan doa. Satu tujuan yang kami bawa, semoga Allah senantiasa melimpahkan keimanan yang murni lagi sungguh-sungguh.
Usai doa, kami bertiga menuju makam KH. Asnawi yang berada tepat di belakang pengimaman masjid. Sedikit nostalgia, sebab saat belum ada Wanda, aku dan calon istriku (yang saat ini menjadi ibunya Wanda) sering berkunjung ziarah di sini. Tak lupa kami panjatkan doa agar batin kami terhubung dengan beliau semua.
Siang semakin terik, tapi tak menyurutkan semangat kami untuk melanjutkan ke tujuan Rihlah berikutnya. Sampailah kami tiba di Pesantren Yanbu'ul Qur'an tidak jauh dari Masjid Menara Kudus. Di tempat itu kami menziarahi sosok alim yang tidak diragukan lagi ilmunya tentang Al-Qur'an. Penghafal dan pengamal Al-Qur'an. Lewat didikan beliau banyak ulama'kharismatik dan berilmu lahir. Beliau yang kami harap berkahnya adalah Simbah KH. Arwani Amin. Semoga berkah saat kami bermunajat di sana, di langitkan oleh beliau dan dicatat Malaikat untuk Allah kabulkan sebagaimana yang menjadi hajat kami.
Suasana makam dan pesantren yang tenang, di tambah suara-suara santri sedang mendaras Al-Qur'an menjadikan hati lebih merasakan kehadiran-Nya. Mudah-mudahan ini menjadi pertanda baik bagi kami.
Setelah dirasa cukup kami bersimpuh, lalu kami lanjutkan perjalanan mencari makan siang. Pilihan jatuh di warung makan bebek dan ayam goreng Mas Budi. Kami menyantap makan siang itu dengan riang, sebagai energi tambahan di tujuan kami terakhir.
Perutpun sudah berisi tenaga bertambah lagi, lalu kami lanjutkan perjalanan ke makam Habib Ja'far bin Muhammad Alkaff. Ini tujuan terakhir dan utama kami. Dua Minggu sebelumnya kami berdua sudah mengkhususkan bacaan Al-Qur'an dari juz pertama hingga ke dua puluh delapan. Kami niatkan untuk Habib Ja'far bin Muhammad Alkaff. Semoga Allah jadikan Habib Ja'far panutan bagi yang hidup dan menempatkan pada tempat mulia.
Di depan makam kami mengambil air wudhu, membasuh dosa-dosa yang telah kami lakukan berharap bersih saat bertamu ke salah satu Walinya Allah. Kami membaca juz yang tersisa, kami mengkhatamkannya di sana. Di tempat peristirahatan terakhir Habib Ja'far bin Muhammad Alkaff. Semoga Allah perkenankan keistiqomahan dan keimanan kepada kami sebagaimana yang telah Allah anugerahkan kepada Habib Ja'far bin Muhammad Alkaff.
Senang sekali memulai Rihlah ini. Penuh doa dan kekuatan. Menepi sebentar dari lalu lintas ke duniaan. Ibarat sebuah mesin kendaraan, kami sedang Istirahat mengisi bahan bakar dan memaintenance apa saja yang harus kami perbaiki. Usai Rihlah ini kami berharap, semakin berani dalam mengambil keputusan-keputusan hidup, makin yakin pada Sang Pemberi Hidup dan makin tenang pada ketentuan Sang Pengatur Alam. Tidak banyak yang kami harap, kecuali tambahnya kemurnian iman kami dan sungguh-sungguh lah kami dalam beriman. Sungguh menyenangkan. Semoga pembaca sekalian mendapatkan berkah pula dari Al-Qur'an.
Wisnu Prayuda
Semarang 14 Desember 2023
Komentar
Posting Komentar