Qaf, wal-Qur'anil Majid



قۤ  ۗوَالْقُرْاٰنِ الْمَجِيْدِ  ۖ 


"Qāf. Demi Al-Qur’an yang mulia."

QS. Qaf[50]:1


Kurang lebih sebulan sebelum istri melahirkan anak kami yang kedua, sebagaimana lazimnya murid yang senantiasa menyambung kepada gurunya, kami mengabari guru kinasih kami. Berbagi cerita kebahagiaan bahwa sebentar lagi hendak masuk pada prosesi melahirkan anak kami. Selain meminta doa agar segala sesuatunya dilancarkan, kami juga meminta agar berkenan memberi nama kepada anak kedua kami pada nanti saat sudah lahir dan menyongsong kehidupan di dunia. 


Malam hari kami berkabar, disambut dengan jawaban yang menggetarkan hati kami. Jika laki-laki maka akan diberi nama di awalnya "Qaf". Sebuah kilatan batin isyarah Qur'an yang kami percaya penuh pada kewaskitaan beliau dan senantiasa berhusnudzon, bahwa guru kami yang lebih pantas memberi nama dan mendoakan anak kami di banding kami sendiri yang masih penuh dengan cela dan maksiat. 


Meskipun hasil dari USG kelahiran senantiasa menyatakan bahwa anak kami kelak akan lahir laki-laki, hasil itu tetap tidak boleh mendahului kepastian takdir Allah pada nantinya. USG hanya sebuah upaya manusia untuk menunaikan ikhtiarnya, mengetahui kesehatan bayi untuk kemudian menjaganya. Juga sebagai ikhtiar dunia medis untuk senantiasa mensyukuri nikmat akal yang Allah anugerahkan. Namun, segala sesuatunya patut dikembalikan lagi kepada Allah apapun dan bagaimanapun hasilnya, itulah mukmin sejati. Berupaya semaksimal mungkin, bertawakal sepasrah mungkin. 


Di ujung obrolan yang membawa kabar gembira perihal isyarah Qaf. Kami menerima riyadhoh untuk membaca surah Qaf. Mungkin bukan hanya sampai anak kami lahir, bisa jadi riyadhoh itu harus kami tunaikan hingga tutup usia. Meskipun tidak ada kewajiban dalam riyadhoh, tapi apa yang bisa di andalkan dari hidup yang tanpa riyadhoh?. Di sanalah gerbang menuju Allah, menghilangkan keragu-raguan kepada-Nya dan sebagai amalan agar keberkahan senantiasa mengalir sepanjang kehidupannya.


Sejak mulai menerima dawuh itu, kami jadi semakin ingin mengetahui lebih tadabbur dari surah Qaf, senantiasa kami menhusnudzoni ayat pertama dalam surat tersebut yang menyatakan demi Al-Qur'an yang Mulia. Kelak anak kami akan menjadi orang yang benar-benar mentes Qur'annya. Tidak ada di dalam hidupnya yang bukan Qur'an. Nilai Qur'an selalu ia junjung untuk menyongsong kehidupan dunia sebagai bekal kembali ke alam akhirat. 


Pada akhirnya tugas kami hanya senantiasa berhusnudzon dan yakin bawah guru-guru kami lebih memiliki kewaskitaan, lebih mujarab doanya, lebih kinasihan kepada Allah daripada kami. Oleh karenanya setiap anak kami lahir, selalu kami mintakan doa dan nama kepada guru kami. Sebagaimana anak pertama yang kami mintakan kepada begawan guru Maulana Muhammad Ainun Nadjib (Cak Nun) agar berkenan memberi nama putri kami, yang kemudian alhamdulilah diberi sebuah doa berupa nama Niwanda Syafaqa Rabbah (hidupnya nikmat sejahtera karena anugerah Allah). Berkah doa guru tersebut kehidupan kami sekeluarga benar-benar berangsur-angsur naik menuju kenikmatan kesejahteraan dari Allah. 



Semarang, 5 Juli 2024

Wisnu Prayuda 


Foto Google 

Komentar

Postingan Populer