Tuntunan Hidup Dari Syaikh Abdul Qadir Jailani
Berbicara hidup maka tidak akan ada habisnya untuk dibicarakan apalagi dipelajari. Hidup itu luas dan menyeluruh. Lipatan kejadiannya, curam hikmahnya sampai menanjak ujiannya. Keselamatan menjadi hal yang didambakan dalam menjalani hidup ini. Dan satu-satunya bekal menuju keselamatan itu ialah ilmu.
Syaikh Abdul Qadir Jailani memberikan panduan hidup manusia dengan berbekal ilmu. Dengan membagi menjadi empat macam, Syaikh Abdul Qadir Jailani hendak memberikan tuntunan atas pengembaraannya menjalani kehidupan. Barangkali hikmah laku hidup Syaikh Abdul Qadir Jailani juga berlaku untuk kita semua, atau justru memang sama demikian hanya beda tampilan luarnya saja.
Dalam pengembaraannya sebagai manusia dalam menjalani kehidupan, Syaikh Abdul Qadir Jailani memberikan empat panduan yang harus ditempuh.
1. Belajar ilmu syariat
Kehidupan ini tidak berjalan tanpa aturan. Kalau tanpa aturan maka manusia akan berjalan sesuai nafsunya. Mementingkan kepentingannya di atas kepentingan bersama.
Di antara kerancuan kehidupan tanpa aturan manusia bisa saja saling menyakiti bahkan membunuh satu sama lain. Oleh karenanya syari'at hadir mengatur kehidupan dengan seluruh dinamikanya. Syari'at bukan bertujuan membatasi gerak manusia, melainkan memberikan aturan dan arahan demi kebaikan manusia. Karena nafsu harus senantiasa di atur agar tidak menjadi dampak buruk bagi manusia.
Syari'at yang dipatuhi secara sungguh-sungguh justru bisa menjadi perantara keselamatan, kebahagiaan dan kedamaian manusia. Sebab tidak berkehendak dengan melawan sunnatullah yang telah digariskan oleh Allah. Pahamnya manusia akan pentingnya syariat menjadikan bukan hanya ia semakin patuh melainkan datangnya seluruh kebaikan di dalam dirinya.
2. Tafakur; mencocokan ilmu dan laku hidup.
Satu hal penting dalam kehidupan selain belajar adalah bertafakur. Tafakur ini sebagai media manusia mencocokan ilmu hasil belajarnya dengan laku hidupnya, apakah berkesesuaian atau tidak. Jika sesuai dengan hidupnya maka tentramlah hatinya, bila tidak maka kegelisahan yang akan menghampirinya.
Banyak problematika kehidupan muncul atas ilmu yang tidak di amalkan. Sudah tahu ilmunya tapi enggan mengamalkan atau malah bertentangan dengan ilmu itu. Akibatnya akan timbul sebuah gejolak yang menjadikan kacaunya pikiran.
Tafakur memiliki tujuan inti, bukan sesuatu yang menggelembung begitu saja. Substansi tafakur yaitu, apakah pelakunya semakin dekat kepada Allah atau tidak. Substansinya jelas tidak bertele-tele. Kalau manusia lebih dekat kepada Allah maka ilmunya di amalkan, kalau sebaliknya berarti ilmunya belum menjadi laku hidupnya.
Tafakur memiliki tingkatan bagi penempuhnya. Tingkatan tafakur menurut Syaikh Abdul Qadir Jailani ada tiga : pertama; merenungi sesuatu mencari sebabnya sampai ketemu Allah. Kedua; merenungi perbuatan dan mencari akarnya. Ketiga; merenungi hikmah kebijaksanaan Ilahi.
Dari ketiga tingkatan tafakur itu bisa menuntun kita kepada apa yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir Jailani:
"Orang yang tidak pernah tafakur, tidak akan pernah naik level".
Begitulah pentingnya tafakur, jika level kita dihadapan Allah ingin naik, maka bertafakurlah.
3. Cinta Ilahi
Buah dari diri yang bertafakur adalah sebuah kesadaran asal muasal. Bahwa segala sesuatunya ditulis oleh tangan yang sama. Kesadaran itu kemudian memunculkan kehendak penerimaan, dari penerimaanlah kemudian muncul rasa cinta, yang dalam hal ini ialah cinta Ilahi.
Manusia yang memiliki kecintaan kepada Allah tentu berbeda dengan bentuk dan model cinta dengan selain Allah. Cinta Ilahi itu sebuah kemewahan yang tidak ada kemewahan lagi selainnya. Allah adalah ujung segala sesuatu, setelah Allah tidak ada lagi. Kalau manusia terpaut hatinya oleh Allah, maka tak ada lagi yang diharapkan dari selain Allah.
Syaikh Abdul Qadir Jailani memberikan panduan bagi manusia agar bisa memiliki cinta Ilahi ini dengan tiga rumus. Ketiganya ini merupakan sebuah jembatan yang harus dilalui bagi pendamba kedekatan dengan Allah. Adapun rumusnya yaitu:
1) Memerangi Nafsu Hewani
(sebab diri kita, hasrat kita sendiri, nafsu, malas dan sebagainya).
2) Kalahkan Sifat Sabu'iyah (sifat kebuasan)
Berupa ambisi, marah, menjatuhkan orang lain dan sebagainya yang berhubungan dengan luar diri.
3) Bersihkan dari Sifat Jahat
Seperti halnya angkuh, iri dan dendam.
Setelah manusia bisa mengalahkan atau mengendalikan ketiga itu maka akan bersih hatinya sehingga cinta Ilahi itu akan muncul dari jiwanya.
4. Mewujudkan Tasawuf
Dalam Kitab Sirrul Al-asrornya Syaikh Abdul Qadir Jailani bahwa tasawuf memiliki asal usul huruf sebagaimana berikut.
Ta' (taubat) : taubat. Penyesalan keburukan yang telah dilakukan. Shod (shofa) : suci (ketentraman dan kedamaian) bebas dari keterikatan dengan dunia. Wawu (walaya) : kewalian. Mencintai Allah. Tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sedih. Fa (fana) : yang penting hanya Allah. Fana ini ialah laku hidup Menomor satukan Allah. Egonya dibakar habis.
Dengan mengikuti panduan untuk mewujudkan hidup yang bertasawuf, manusia akan mampu bebas dari segala kemelekatan, gundah-gulana, rasa sedih dan khawatir yang mengganggunya setiap hari. Yang tinggal dari dirinya adalah Allah semeta. Cukup Allah dan hanya Allah.
Wisnu Prayuda
Semarang, 20 Juli 2024
Foto Google
Komentar
Posting Komentar