Manusia dan Rasa Mulur-Mungkretnya

Kaidah bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini memang benar adanya. Pertama dari segi dalil keagamaan memang yang kekal hanyalah Allah. Sedangkan selainnya berarti makhluk, dan makhluk pasti mengalami kerusakan atau perubahan. Kedua, dari segi pranata hidup, segala sesuatu pasti akan mengalami perubahan, baik perubahannya berupa kerusakan, perbaikan, kemunduran, kemajuan, kegagalan maupun keberhasilan.

Hal itu semua menunjukkan bahwa tidak ada di dalam hidup ini yang sama persis sejak awal hingga akhirnya. Manusia bisa mengalami perubahan dalam hidupnya meski hanya dalam hitungan detik saja. Segala sesuatunya mungkin terjadi. Manusia yang pada pagi harinya begitu bahagia, lantas belum tentu di siang harinya ia akan tetap bahagia. Bisa saja terjadi sebaliknya. Hal itu akan terus ulang-alik selama manusia menempuh dinamika kehidupan. 

Dalam hal keinginan juga berlaku demikian. Manusia bisa menggebu-gebu memiliki keinginan untuk mewujudkan sesuatu, tapi di waktu lain bisa saja langsung tidak memiliki gairah terhadap sesuatu itu. Inilah yang dinamakan oleh Ki Ageng Suryomentaram sebagai raos mulur mungkret. Manusia tidak akan pernah lepas dari raos mulur mungkretnya selama dia tidak bisa memahami rasa dirinya. Selama manusia masih kendalikan oleh rasa inginnya maka akan tetap terus berada dalam raos mulur mungkretnya.

Mulur mungkret berarti bahwa keinginan, cita-cita, harapan yang kemudian menjadi sebuah kebahagiaan atau kesedihan itu sifatnya naik turun. Pertama-tama manusia akan memiliki cita-cita dan ambisi setinggi langit maka ketika cita-citanya dirasa sulit tercapai maka akan diturunkan standar cita-citanya. Atau seseorang yang semula hanya bisa bahagia dengan uang ratusan juta akan berubah mana kala mengalami kesadaran rasa dirinya bahwa ia cukup bahagia dengan apapun yang Allah takdirkan kepada dirinya. Inilah mulur mungkret, sebuah naik turun ambisi, cita-cita, harapan, dan ulang alik bergantinya antara kebahagiaan dan kesedihan. 

Proses mulur mungkret itu terjadi murni atas naluriah manusia. Tetapi manusia tidak bisa terus menerus dikendalikan oleh raos mulur mungkretnya. Bahwa kebahagiaan dan kesedihannya tidak bergantung kepada apapun. Hidup yang terus di jalani sebaik mungkin dan menerima setiap dinamikanya menjadikan manusia mudah memahami raos dirinya. Sehingga ia akan hidup tanpa dikendalikan oleh raos mulur mungkretnya. Raos mulur mungkret itu jika tak dipahami betul akan menjadi penyakit bagi jiwanya, orang modern bilang akan terkena serangan kesehatan mentalnya.


Wisnu Prayuda 
Semarang, 6 September 2024

Komentar

Postingan Populer