Menggali Mutiara yang Terpendam

  

   Sore ini, anak-anak kami ajak untuk mengambil kuda-kuda atas hidupnya. Mumpung masih sangat luas jangkauan langkahnya. Kami minta untuk menuliskan sepuluh minat, bakat atau kecenderungannya. 

     Dari yang telah di tuliskan sepuluh itu, pelan-pelan kami minta untuk mengeliminasi satu-persatu hingga tersisa hanya dua yang benar-benar menjadi fokus prioritasnya. 

    Kita tahu bahwa keinginan itu jumlahnya tak terbatas, sedangkan manusia tidak mungkin ngayahi semuanya. Menjadi orang yg pura-pura produktif. Dengan melakukan semua aktivitas yang belum tentu menjadi kebutuhannya juga tidak enak. Pilih saja pilihan kita, dan hanya lakukan apa yg menjadi kebutuhan kita, sehingga waktu di hidup kita tidak terasa sempit. 

     Di zaman yg serba cepat ini, hampir semua orang melakukan segala aktivitas, padahal belum tentu ia benar-benar membutuhkannya. Sehingga Dampaknya? kita  sering melihat orang mudah marah, capek, gelisah, tergesa-gesa. Semua itu ketika telah menjadi bekuan dinamakan (burnout). Padahal tidak semua harus menjadi cita-cita kita, boleh generalis tapi pakem pada apa saja yg memang kita butuhkan sesuai potensi keunikan kita. 

    Dalam pembelajaran kali ini. Kami ingin memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa Agama tdk boleh dipisahkan dengan lingkungan, alam, bakat-bakat, keilmuan dan kecanggihan lainnya. Tapi agama menjadi pondasi atas bangunan itu semua. 

     Mengajak mereka berpikir tentang tujuan, prioritas dan bakat mereka ternyata tidaklah mudah. Kita generasi tua ini sering mengabaikan tujuan hidup kita. Hendak mengapa, kemana, dan alasan-alasan hidup sering luput dari perhatian kita. 

      Pelan-pelan kami ajak mereka untuk mengeksplorasi, menemukan dan menggali.  Lewat perenungan masing-masing, anak-anak mampu menemukan mutiaranya yang selama ini terpendam. 

       Kemudian dari yg telah diprioritaskan saya memintanya untuk sungguh-sungguh tenanan. Jangan memenuhi pikiran dan hari hari kita dengan sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan atau menjauhkan kita dari cita-cita. Jalan saja hanya pada yang ingin kita raih dan apa yang kita cita-citakan.

       Besok. kapan-kapan kita bermain lagi, menemukan kembali apa yang telah dititipkan Allah kepada kita. Jangan hanya menjadi ahli agama yang jago kandang. Pengetahuan agamanya tinggi tapi abai terhadap alam. Pengajian berkedok syiar Islam , tapi usai pengajian banyak sampah berceceran mengotori alam, lantas dimana letak syiarnya?


Wisnu Prayuda, 1 November 2024

Komentar

Postingan Populer