Prasangka Baik; Sebuah Jalan Menuju Tasawuf


Di awal jalan tasawuf, Allah sering memperlihatkan sekilas tujuan kita sebagai pemantik semangat. Mirip dengan cuplikan film yang akan tayang di bioskop. Kita mungkin merasakan lebih banyak cinta dan cahaya saat mulai berdzikir, tetapi setelah itu mungkin kita merasa tidak ada kemajuan. Jangan berhenti. Kita harus terus menggali lebih dalam, mencari hubungan nyata dengan ruh kita. (Robert Frager)

Sebuah prolog dari Robert Frager yang memantik kita bahwa di antara tugas utama seorang hamba adalah selalu mengupayakan hubungan baik dengan Allah. Tugas yang terkesan sederhana namun butuh upaya sungguh-sungguh untuk selalu menjaganya. 

Dalam hubungannya dengan Allah, seorang hamba senantiasa mengalami naik turun pengembaraan. Merupakan hal wajar sebab pengembaraan adalah medan perjuangan. Naik turun kondisi batin merupakan sebuah keniscayaan yang harus senantiasa diarifi dengan terus menerus melatih diri. Yang tidak boleh dalam pengembaraan itu adalah berhenti, menyerah atau putus asa terhadap bentangan-bentangan samudera ke-Maha Kasih Sayangan Allah. 

Meski terjal bebatuan dalam kehidupan ini menghalang yang  seakan tidak ada habisnya. Menjaga hubungan baik tidak boleh lepas begitu saja. Seorang hamba hendaklah menjaga hatinya untuk senantiasa berprasangka baik. Apapun yang hadir di dalam kehidupan ini selalu berupaya untuk menafsirkan yang terbaik. Seorang hamba tidak akan pernah mampu menakar maksud baik Allah sebelum ia bertemu dengan beragam dinamika kehidupan yang kemudian menjadikannya paham. 

Paham berarti tahu bahwa segalanya baik menurut Allah. Hanya saja seorang hamba terkadang terlalu terburu-buru untuk menafsirkan apa yang Allah berikan kepadanya. Kalau tafsirnya baik menjadi tak masalah, yang menjadi masalah adalah ketika tafsirnya itu buruk atas kejadian yang Allah suguhkan kepadanya. Tafsir yang buruk ini akan menjadi daya untuk berprasangka buruk kepada Allah. Lebih parahnya jika sampai mempengaruhi pandangannya kepada Allah. 

Kondisi batin yang seperti itu hendaknya harus segera dibenahi sebab ia termasuk daripada maksiat hati. Mulai dari hal-hal yang sederhana. Dengan selalu berprasangka baik kepada manusia meskipun pada kenyataannya memang tidaklah baik.  Setidaknya ketika kita berprasangka baik  maka tidak mengotori hati kita dengan prasangka buruk. Namun perlu diketahui bahwa prasangka baik tidak identik dengan sikap lengah. Prasangka baik itu berhubungan erat dengan kewaspadaan. Kalau hal itu berkaitan dengan Allah prasangka baik adalah upaya memahami Allah dengan segala hal baik yang ia berikan. Sedangkan jika berkaitan dengan manusia prasangka baik ialah sebuah kewaspadaan bersamaan dengan menumbuhkan rasa kepercayaan. 

Prasangka baik kepada manusia berarti bahwa seorang hamba tidak mengedepankan keburukan pandangannya meskipun kewaspadaan tetap ia pegang teguh. Sedangkan berprasangka baik kepada Allah adalah selalu yakin bahwa keburukan yang kita lihat adalah perjalanan yang belum sampai kepada hikmah Allah. Untuk sampai kepada kondisi selalu berhubungan baik dengan Allah seorang hamba hendaklah menjaga prasangkanya terlebih dahulu. 

Prasangka baik adalah modal awal untuk membimbing seorang hamba mengetahui hikmah-hikmah kehidupan. Dengan mulai belatih berprasangka baik kepada manusia. Secara terus menerus ia sedang dalam menuju kondisi berprasangka baik kepada Allah. Kalau hati seorang hamba sudah bisa atau justru terbiasa dengan berprasangka baik kepada Allah maka tidak ada yang runyam, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan digelisahkan. Semua sudah dalam kepengaturan-Nya. Jagalah selalu rasa batin kita untuk berhubungan baik dengan Allah lewat prasangka-prasangka baik kita kepada Allah dan hamba-Nya. 

Semarang, 29 November 2024

Wisnu Prayuda 

Komentar

Postingan Populer