Sesuatu yang Jarang Dilakukan Manusia

Banyak manusia menjalani kehidupannya dengan penuh semangat dan strategi. Belum lagi ditambah manajemen hidupnya yang luar biasa. Namun apakah berbekal tiga hal tersebut saja cukup? Jawabannya ternyata tidak. 

Setelah manusia menempuh kehidupannya dari waktu ke waktu dari hari ke hari. Yang luput dari manusia adalah perenungannya. Perenungan bisa dimaknai secara luas sebagaimana tafakur. Sebagaimana ajaran Syaikh Abdul Qadir Jailani bahwa di antara kewajiban dalam hidup adalah tafakur. Mencocokkan ilmu dan laku hidup. 

Dengan perenungan atau tafakur manusia bisa lebih memahami peran dan tugasnya di muka bumi ini. Perenungan juga bisa menjadi bahan evaluasi bagi manusia untuk mendeteksi langkah-langkah hidup yang tidak sesuai dengan tuntunan-Nya atau tujuan semestinya ia menjadi manusia. 

Sebagaimana dikatakan Sahrul Mauludi dalam karyanya yang membahas tentang Aristoteles. Dia menyebutkan bahwa dunia dan kehidupan merupakan sesuatu yang begitu dekat dan tak terpisahkan dari kita. Namun mengapa manusia jarang merenungkannya.

Benar sekali apa yang dikatakan Sahrul Mauludi tersebut. Sangat jarang manusia mencapai derajat perenungan. Kebanyakan dari manusia hanya bisa menjalani tanpa perenungan. 

Perenungan yang dimaknai sebagaimana tafakur akan menjadikan manusia lebih memiliki daya juang dan arah. Sehingga dalam pengembaraannya di muka bumi ini akan sesuai fitrah dan tujuan semestinya manusia ditugaskan. 

Merupakan sebuah keistimewaan apabila manusia bisa meluangkan di dalam hari-harinya untuk bertafakur. Merenung, mendalami kesejatian dirinya. Menghubungkan apa yang menjadi kehendaknya dengan kehendak Sang Penciptanya. 

Mulailah untuk membiasakan bertafakur. Kebiasaan itu akan menjadikan kita lebih matang dalam melangkah dan mengambil keputusan. Tanpa ketergesa-gesaan hidup manusia akan tepat guna. Dalam arti sesuai dengan apa yang menjadi tujuan manusia diciptakan oleh Sang Penciptanya. 


Semarang, 5 November 2024
Wisnu Prayuda 

Komentar

Postingan Populer