Hidup Adalah Sebuah Tugas Melayani Allah



Di tengah gempuran manusia yang ingin dijunjung dan disanjung. Ingin dilayani segala sesuatunya dan dimuliakan bak raja yang memiliki segalanya. Seharusnya menjadi pemantik kita untuk mundur kebelakang. Menyadari posisi kita dihadapan Allah. Karena sejatinya yang pantas mendapatkan pelayanan itu hanya Allah. Sedangkan kita semua ini hanya pelayan-pelayan-Nya. Yang harus selalu siaga melayani kepentingannya Allah di dunia ini. 


Manusia hendaknya menyadari bahwa hidup di dunia ini untuk mendarmabaktikan seluruh kehidupan yang diberikan Allah untuk kepentingannya Allah lagi. Manusia hanya ditugaskan untuk saling melayani. Semakin murni pelayanannya semakin tinggi derajat dihadapan-Nya. 


Setiap manusia diberikan tugas pelayanan yang berbeda-beda. Ada yang ditugasi secara langsung terjun ke umat untuk selalu siap mendengar keluh kesah umat. Ada yang ditugasi untuk membersamai dan memastikan kehidupan umat berjalan semestinya. Pun ada juga yang ditugasi lewat tugas-tugas dunia sesuai bidang yang digeluti manusia. 


Namun sayangnya, semua tugas dunia yang dijalankan manusia tidak diniati dalam rangka melayani Allah. Melainkan hanya untuk urusan dunia yang sementara. Terlalu remeh kalau tugas-tugas di dunia ini hanya kita niatkan untuk urusan dunia. Sebagaimana Cak Nun pernah mengatakan: 

"Jangan menyibukkan diri dengan, sibuk hatinya, fikirannya, darahnya, emosinya, batinnya, jiwanya, sholatnya, hajinya, untuk mencari uang. Karena derajatnya uang itu yang mencari anda, anda derajatnya adalah dicari oleh Dunia."


Sebagai hamba hendaknya manusia menyadari kembali posisinya. Bahwa kepentingan dalam melayani Allah dengan tugas-tugas di dunia ini jauh lebih penting daripada urusan dunia semata. Apapun yang kita lakukan di dunia ini niatkanlah dalam rangka melayani Allah meski dalam wujud hubungannya dengan manusia lainnya. Karena sejatinya semua yang ada di dunia ini adalah manifestasinya Allah. Semua berada dalam tujuan dan kepengaturan Allah. 


Kesadaran posisi kita sebagai seorang hamba menjadi sangat penting. Dengan kesadaran itu, menjadikan kita tidak salah dalam mengambil langkah dalam kehidupan ini. Segala sesuatu berawal dari hati. Dan niat sendiri bertempat pada hati. Kalau niat kita berkesesuaian dengan kehendaknya Allah, maka kita sudah berada pada jalur yang tepat. Lantas bagaimana cara mengetahui bahwa apa yang kita kerjakan ini berkesesuaian dengan kehendaknya Allah? 

Caranya memang tidaklah mudah. Namun cara ini yang semestinya ditempuh oleh manusia sehingga menjadi terbiasa dengan hal ini. Karena apa yang dilakukan manusia sering berlawanan dengan kehendaknya Allah, maka cara ini terkesan sulit. Agar kita mudah berkesesuaian dengan kehendaknya Allah, maka murnikan dulu segala perbuatan kita. Semuanya dari dan untuk Allah. Tidak ada kepentingan selain Allah. Orang yang benar-benar murni akan ringan langkahnya. Tidak akan ada beban yang memberangkatkannya karena segala sesuatunya dipersembahkan untuk Allah. Apalagi hanya soal kecewa, sedih dan khawatir. 


Manusia hendaknya menjaga selalu rasa kemurnian niatnya. Segala apapun yang ia lakukan di dunia ini meskipun bernilai dunia aktivitasnya, diniati selalu sebagai bentuk melayani Allah. Segala sesuatu selalu berhubungan dengan Allah. Manusia hanya menjalai lakon dalam okestra keindahan kehidupan ini. Yang murni saja, yang manut saja, Allah akan bentangkan segala ketidak mungkinan itu menjadi sangat mungkin. 


Wisnu Prayuda 

Semarang, 23 Mei 2025



Komentar

Postingan Populer